Latar Belakang
J.C. Ryle adalah seorang Uskup (Bishop) Gereja Anglican Inggris atas kota Liverpool, Inggris pada abad ke-19. Latar belakang teologinya adalah Injili-Anglican dan memiliki gelar akademik D.D. (Doctor of Divinity). Selain Uskup, dia juga dikenal sebagai seorang Gembala dan Penginjil yang sukses kepada masyarakat “bawah” (blue-collar community). Pada masa itu Kekaisaran Inggris mencapai titik jayanya dengan wilayah kekuasaan, perdagangan dan pengaruh terbesar di dunia dibandingkan negara-negara kolonial lainnya. Ini mendorong terjadinya kemajuan yang sangat cepat dan pada saat yang bersamaan terjadi perubahan gaya hidup dan cara pandang di antara warga negaranya, termasuk perubahan pandangan akan keselamatan. Inilah yang mendorong J.C. Ryle menuliskan buku “Old Paths”.
Isi Buku
J.C. Ryle menuliskan buku ini sebagai pengajaran dan bukan sebagai pernyataan penglihatan. Mengkombinasikan ayat-ayat Alkitab dan interpretasi yang solid dengan realita yang terjadi di tengah masyarakat pada zaman itu, Ryle mengetengahkan tulisan yang benar-benar membuat orang Kristen masa kini untuk berpikir ulang mengenai apa yang seharusnya dilakukan setelah menerima keselamatan. Tulisan Ryle sendiri tidaklah terlalu populer pada masanya, tetapi menjadi sangat relevan pada masa kini atau untuk masyarakat yang mengalami kemajuan pesat dan perubahan paradigma. Ryle lebih menargetkan kepada para pembaca/jemaat yang sudah berada di dalam Gereja atau sudah menjadi orang percaya, dan maksud mendewasakan kehidupan rohani mereka.
Suatu bab dalam buku ini sangat menarik untuk dibahas yaitu “Few Saved” atau “Sedikit yang yang diselamatkan.” Bab inilah yang akan dibahas dalam book review comment ini. Tipikal dengan gaya seorang teolog, J.C. Ryle membahas pemikiran dan bagian-bagian tulisannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Metode ini mendorong para pembacanya untuk masuk dalam pemikiran yang dalam dan personal. 4 (empat) hal utama yang diangkat dalam tulisannya:
A. Pengertian “diselamatkan”
B. Kesalahan pandangan tentang jumlah orang yang diselamatkan
C. Pandangan Alkitab tentang jumlah orang yang diselamatkan
D. Pandangan Ryle tentang jumlah orang yang diselamatkan
Book review & comment ini akan membahas dengan singkat dan padat keempat hal yang dibahas oleh Ryle tersebut diatas, tidak lagi dalam format pertanyaan-pertanyaan tetapi langsung point-per-point.
A. Pengertian “diselamatkan”
J.C. Ryle sangat tegas menyatakan bahwa: “Diselamatkan bukan sekedar mengaku dan menyebut diri kita seorang Kristen.” Ia mengajar pengertian keselamatan harus kembali kepada yang Alkitab katakan. Ryle juga membahas peranan Roh Kudus dalam proses sanctification dalam diri orang percaya, sesuai dengan pemahaman teologia pada masa itu.
Ryle menjelaskan doktrin keselamatan secara sederhana namun tegas, yaitu bahwa keselamatan artinya:
- Diluputkan dari rasa bersalah akan dosa, oleh karena iman di dalam Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Pengalaman akan diampuni, dibenarkan dan dibebaskan dari dakwaan dosa menjadi penting bagi orang percaya. Ini adalah aspek lampau dari keselamatan.
- Diluputkan dari kuasa dosa karena kelahiran dan kekudusan oleh Roh Kudus. Hidup harus dipisahkan dari dunia yang penuh dengan kuasa dosa, oleh kekuatan Roh Kudus. Ini adalah aspek kini dari keselamatan.
- Diluputkan dari penghakiman akan dosa-dosa, yaitu saat Allah menyatakan seseorang suci, tanpa noda, tanpa cacat di dalam Kristus. Realita kehidupan kekal di sorga maupun di neraka adalah hal yang tidak terbantahkan (Matius 25, Lukas 21). Ini adalah aspek masa depan dari keselamatan.
Ryle juga mengingatkan bahwa sekalipun keselamatan itu adalah indah dan luar biasa, namun jangan sampai lupa:
- Diselamatkan dari rasa bersalah dan kuasa dosa, bukan berarti diluputkan dari kebutuhan untuk berjaga-jaga dan berdoa melawan dosa.
- Diselamatkan dari ketakutan dan cinta akan dunia, bukan berarti diluputkan dari kebutuhan untuk bergumul melawan ketakutan dan cinta akan dunia ini.
- Diselamatkan dari perbudakan iblis, bukan berarti diluputkan dari godaan-godaan iblis.
Ryle berpendapat bahwa semua yang dilakukan Roh Kudus –menyadarkan akan dosa, memberi iman hidup kepada Kristus, mengubah sikap hati melalui keputusan pribadi, memisahkan orang percaya dari dunia, perjalanan hidup kudus bersama Tuhan– pada akhirnya adalah agar jiwa-jiwa diselamatkan. Pandangan ini sejalan dengan maksud misiologi dari pencurahan Roh Kudus di Kisah Para Rasul 1:8 dan pasal 2.
Setelah menyampaikan landasan teologi keselamatan secara sederhana, Ryle mengingatkan bahwa inti dari penyampaian Injil adalah keselamatan jiwa-jiwa. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Gereja pada akhirnya bertujuan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dan diselamatkan sesuai dengan pemahaman keselamatan diatas. Mengutip 1 Korintus 9:22 King James Version “…that I might by all means save some…” Ryle menekankan bahwa Gereja harus dengan segala macam cara menyelamatkan jiwa-jiwa. Segala macam ritual dan kelelahan rohani menjadi sia-sia jika tidak diarahkan kepada keselamatan jiwa-jiwa.
B. Pandangan yang salah tentang jumlah orang yang diselamatkan
Pembahasan Ryle mengenai hal inilah yang menarik untuk ditelaah. Ryle menunjukkan penipuan besar-besaran, yaitu pandangan bahwa banyak orang yang akan diselamatkan. Cara pandang/berpikir ini jika dibiarkan, bahkan bisa membuat jiwa orang percaya juga menjadi rentan dan tidak terlindungi. Walaupun terdengar kontroversial, namun Ryle menjelaskan cara pandang/berpikir apa yang salah tersebut:
- Berpikir bahwa keadaan rohani seseorang (teman, saudara, tetangga, dll.) selama di dunia ini adalah baik-baik saja.
a. Semua orang tahu bahwa manusia menuju kematian tetapi tidak memikirkan bahwa sesudah itu bisa terhilang.
b. Saat bersosialisasi dengan orang lain, tidak pernah berbicara tentang Tuhan atau tentang sorga dan neraka.
c. Menolak fakta bahwa manusia adalah jahat dan tidak beriman. Dibuai dengan pandangan bahwa manusia pada dasarnya “berhati baik” dan bukanlah jahat.
Dengan pandangan tersebut, banyak orang berpikir masuk ke sorga bukanlah hal yang sulit. Banyak yang beranggapan bahwa banyak yang akan diselamatkan, sehingga tidak lagi menginjil kepada jiwa-jiwa. Ini bukan apa yang Alkitab katakan tentang keselamatan.
2. Berpikir bahwa keadaan seseorang sesudah meninggal adalah jauh lebih baik dari pada sebelumnya.
a. Jika yang meninggal dianggap “orang baik” maka dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Ini adalah pandangan yang menyesatkan. Tidak peduli seseorang sepertinya menunjukkan perilaku hidup sudah “selamat” atau berkelakuan seperti binatang, siapapun diluar Kristus dan proses keselamatannya, tidak akan ada keselamatan baginya.
b. Mereka yang masih hidup sudah tidak dan gentar akan kematian orang diluar Kristus, karena dianggap dia pergi ke sorga.
c. Memutar-balikkan fakta kehidupan seseorang yang hidup diluar Kristus sehingga seolah-olah kudus dan sudah selamat.
Ini adalah anggapan-anggapan yang mengerikan. Tidak heran kebanyakan orang berpikir jumlah yang diselamatkan akan banyak, padahal tidak.
3. Pelayan-pelayan Tuhan tidak memberitakan doktrin-doktrin Firman TUHAN secara utuh dan lengkap.
a. Pemahaman doktrin keselamatan –pembenaran oleh iman, kelahiran baru oleh Roh Kudus dan kekudusan hidup– tidak lagi diajarkan atau diberitakan oleh para pengkhotbah.
b. Pengkhotbah tidak lagi memberitakan atau dizinkan untuk memberikan ketegasan/pemisahan antara yang telah lahir baru maupun yang belum, tidak memberitakan bahwa yang tidak berkarakter Alkitabiah tidak akan diselamatkan, tidak memberitakan bahwa mereka yang meninggal tetapi tidak bertumbuh karakternya secara Alkitabiah tidak akan diselamatkan alias terhilang.
c. Jemaat menolak Pengkhotbah yang mengajarkan doktrin atau teguran-teguran dengan alasan “terlalu keras” dan sebagainya. Sebaliknya suka dengan pemikiran dan pandangan dunia, kata-kata manis, nyaman, menyenangkan hati dan membuat pengkhotbah menjadi motivator-duniawi dan bukannya pemberita kebenaran.
Pada akhirnya pengajaran dan peringatan yang diberitakan bukanlah lagi sesuai dengan standar Allah dan tergeserkan dengan standar manusia tentang keselamatan. Pengkhotbah yang benar harus menentang hal-hal tersebut.
Mempelajari ketiga pandangan tersebut diatas, maka tidak heran dikatakan bahwa jumlah orang yang diselamatkan adalah sedikit. Cara berpikir dan tindakan diatas membuat orang tidak lagi menginjil, tidak menjaga kekudusan hidup dan tidak bertumbuh scara rohani ke arah Kristus. Tidak heran jumlah orang yang diselamatkan hanya sedikit.
Ryle tegas menekankan doktrin bahwa apa yang dipikir oleh manusia bisa membawa dirinya ke sorga, justru tidak akan pernah membawa dirinya ke sorga. Semua orang harus berhati-hati di dalam hal keselamatan, karena hikmat manusia tidak menyelamatkan (1 Korintus 2:14). Pemahaman yang salah akan doktrin keselamatan justru bisa membuat kemunduran rohani dalam diri orang percaya. Bahkan jika kita tidak berhati-hati dan terkena pandangan-pandangan diatas, kita pun tidak pernah bisa diselamatkan.
C. Pandangan Alkitab tentang jumlah orang yang diselamatkan,
Pada bagian ini Ryle mengulas beberapa fakta di dalam Alkitab. Fakta-fakta yang disajikan menarik untuk diperhatikan. Ryle mengambil perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 7:13,14 sebagai premise: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Pernyataan Yesus ini adalah fakta atas apa yang akan terjadi berdasarkan kemahatahuan dan ketuhanan-Nya. Dari sini disimpulkan bahwa banyak manusia yang akan terhilang dan sedikit yang diselamatkan.
Beberapa fakta yang menarik dari Alkitab mengenai “sedikit yang diselamatkan”:
- Pada zaman Nuh, hanya sedikit yang diselamatkan. Manusia lupa konsekuensi mengerikan dari dosa Adam-Hawa dan hidup dalam kebejadan.
- Pada zaman Abraham, Iskak dan Yakub, hanya sedikit yang diselamatkan. Mayoritas hidup dalam berhala dan dosa. Ingatlah kisah Lot. Bahkan Abraham pun kesulitan untuk mencari perempuan yang benar hidupnya bagi anaknya Iskak.
- Pada zaman Hakim-hakim, hanya sedikit yang diselamatkan. Israel kerap kali melupakan apa yang akan terjadi jika hidup diluar ketetapan Tuhan, bahkan malah mengikuti gaya hidup suku-suku Kanaan.
- Pada zaman Raja-raja, hanya sedikit yang diselamatkan. Raja demi raja membawa bangsa Yehuda dan Israel ke dalam dosa. Daud pun sampai berteriak miris akan kondisi yang ia hadapi pada masa pemerintahannya (Mazmur 12:2). Perhatikan teriakan Yesaya 1:5-9, Yeremia 5:1, Yehezkiel 22:17,18
- Pada zaman Tuhan Yesus, hanya sedikit yang diselamatkan. Ia bahkan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri (Yohanes 1:11). Banyak yang menginginkan mujizat dan perbuatan baik-Nya, tetapi lebih banyak lagi yang menolak doktrin pengajaran-Nya.
- Pada zaman para Rasul, hanya sedikit yang diselamatkan. Ancaman muncul bukan hanya dari orang tidak percaya, tetapi kini bahkan muncul ancaman dari kalangan orang percaya sendiri yang memegang pengajaran-pengajaran sesat dan busuk (Kisah 28:22, Filipi 3:18,19).
Pertobatan jiwa-jiwa memang terjadi dan Alkitab katakan tidak terhitung banyaknya, namun jika dibandingkan dengan populasi orang yang ada maka jumlah itu tetap bisa dikatakan sedikit. Jika diantara bangsa Yahudi yang sudah menerima kebenaran pertama kali saja jumlah yang diselamatkan sedikit, terlebih sedikit lagi diantara bangsa-bangsa yang menerima kebenaran itu kemudian. Jelaslah pandangan Alkitab dan manusia tentang jumlah manusia yang diselamatkan adalah sangat berbeda. Ingatlah, Alkitab tidak pernah salah.
Pembahasan Ryle dalam bagian ini memang sangat bernada pesimistis. Namun ini dapat dimengerti karena tulisan ini ditujukan kepada mereka yang sudah ada di dalam Gereja namun tidak memiliki pemahaman yang benar akan keselamatan atau memandang hal tersebut dengan pandangan dunia.
D. Pandangan Ryle mengenai jumlah orang yang diselamatkan
Pada bahasan ini Ryle mencoba untuk memasukkan nada optismisme sebagai penyeimbang nada pesimistis di pembahasan sebelumnya, tanpa mengurangi keseriusan dan peringatan yang sudah dibahas sebelumnya. Concern disini adalah jumlah orang yang akan diselamatkan, terutama dari kalangan jemaat. Ryle mengajak para Gembala untuk memisahkan (menghitung) mana jemaat yang benar-benar bisa dikategorikan “selamat” dan mana yang tidak, termasuk yang ragu-ragu. Gembala dan pelayan Tuhan harus berani menyatakan tidak selamat bagi mereka yang:
- Menjalankan hidupnya di dalam dosa,seperti percabulan, kenajisan seksual, perzinahan, kebohongan, pencurian, mabuk-mabukan, penipuan, caci-maki dsb. Ingatlah Galatia 5:19-21.
- Melanggar hari sabat, yaitu yang tidak pernah memberikan hari perhentian untuk beribadah kepada Tuhan karena hanya memikirkan diri sendiri.Pernyataan Ryle yang menarik adalah: jika seseorang sudah tidak suka beribadah kepada Tuhan, mereka tidak layak masuk ke sorga.
- Tidak menganggap penting, tidak teliti dan tidak berhati-hati kepada kemurnian pengajaran kekristenan.Hanya menjalankan ibadah secara lahiriah, tetapi tidak peduli apakah suatu pengajaran benar atau tidak. Bahkan tidak peduli jika terjadi penganiayaan terhadap jemaat yang hidup dalam kebenaran.
- Kepatuhan secara lahiriah dan sombong dengan hal tersebut.Mengandalkan perbuatan baik dan kekuatan manusia, lupa bahwa keselamatan adalah karya dan anugrah Kristus (Roma 3:20, 1 Korintus 3:11).
- Mengetahui Injil/kebenaran di luar kepala tetapi tidak menaatinya dengan sepenuh hati.Mereka setuju dengan doktrin/pengajaran yang benar tetapi tidak memberitakan-nya karena takut melukai perasaan orang atau rusaknya hubungan sosial, atau bahkan karena cinta uang. Mereka tidak berani pikul salib. Alkitab jelas beri peringatan tentang hal ini di Yakobus 2:17, 4:17, Lukas 9:26.
- Munafik, yaitu mengaku Kristen tetapi gaya hidup, omong-omongannya sama sekali tidak sesuai dengan prinsip hidup kekristenan.Alkitab beri peringatan akan hal ini berkali-kali di Yehezkiel 33:31, Titus 1:16, 2 Timotius 3:5. Mereka mungkin kelihatan saleh di hadapan banyak orang, tetapi tidak demikian saat mereka sendiri, bahkan tidak saleh di hati dan pikiran mereka.
Menggunakan parameter-parameter di atas, Ryle menantang para Gembala dan pelayan Tuhan untuk jujur menjawab pertanyaan: berapa banyak dari kita (“orang percaya”) yang akan diselamatkan? Berapakah dari jemaat yang sungguh-sungguh bertobat, percaya kepada Kristus dan menjalankan hidup kudus? Adalah sangat menyedihkan jika ternyata yang hadir di Gereja adalah hanya penggembira, sekedar duduk di bangku Gereja, dan sekalipun terdaftar sebagai anggota Gereja, tetapi ternyata hanya sedikit yang bisa diselamatkan!
Ryle juga dengan berani membantah dan menjelaskan kelemahan dari beberapa argumentasi bahwa jumlah yang bisa diselamatkan akan banyak, karena:
a. Pertobatan di ranjang kematian. Sekalipun tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat sungguh-sungguh, tetapi pertobatan yang ditunda-tunda hingga detik-detik terakhir kehidupan pada akhirnya hampir tidak pernah terlaksana.
b. Tuhan pasti memberikan kasih karunia. Ini adalah pemahaman yang salah akan kasih dan pengampunan Tuhan. Belas kasihan Tuhan hanyalah akan jadi belas kasihan yang tidak bermanfaat bagi siapapun yang menolaknya dengan kehendaknya sendiri (Yohanes 5:20).
Note: Tuhan memiliki keinginan yang dalam untuk menyelamatkan manusia. Ia menyambut bahkan pendosa-pendosa terburuk yang mau berbalik arah. Kristus mau menerima orang-orang jahat dan tidak beriman yang mau datang kepada-Nya. Ada kuasa di dalam Roh Kudus untuk memperbaharui orang-orang yang tadinya berlawanan dengan Tuhan.
c. Sudah melakukan yang “baik secara Kristen”. Jemaat menganggap karena sudah melakukan apa yang baik seperti beribadah, memberi persembahan dan sudah banyak yang melakukan apa yang Tuhan perintahkan pasti selamat. Namun Ryle berargumen, kebanyakan mereka malah jadi terjebak di dalam kegiatan Gereja dan tidak melihat masih banyak jiwa yang terhilang dan kejahatan di dunia. Mereka tidak mau lagi menginjil dan tidak menyerukan pertobatan.
d. Berpikir bahwa keselamatan yang Alkitabiah adalah eksklusif, picik dan sempit. Justru yang berpandangan bahwa hanya Gereja tertentu saja yang selamat atau cara keselamatan yang tidak Alkitabiah-lah atau yang berpikir semua pasti akan diselamatkan-lah yang picik dan sempit. Tidak satupun bisa masuk ke sorga, kecuali bertobat, percaya dan hidup dalam kekudusan di dalam Kristus.
e. Pasti ada belas kasihan untuk mereka yang melakukan amal baik. Semua amal dan perbuatan baik tetapi menolak doktrin keselamatan, tidak akan selamat. Semua amal baik yang dilakukan diluar Kristus selalu berusaha untuk tidak menyinggung perasaan, kompromi pada kesalahan dan dosa dan percaya semua orang berhak selamat. Itu bukanlah perbuatan baik yang dikehendaki Alkitab. Amal yang benar hanya akan dilakukan dalam kebenaran.
f. Mereka-reka bahwa jumlah orang yang diselamatkan sedikit hanya praduga. Alkitab dengan jelas membeberkan karakter-karakter orang yang bisa diselamatkan. Itu saja sudah menjadi alat ukur berapa orang yang bisa diselamatkan; sedikit.
g. Kekhawatiran jumlah yang orang diselamatkan sedikit adalah pandangan berlebihan dan fanatik. Ryle menantang apakah dalam Alkitab pernah dikatakan orang yang hatinya tidak perbaharui, tidak percaya kepada Yesus Kristus, tidak berpikiran seperti Kristus, tidak hidup kudus, bisa pergi ke sorga? Lalu bandingkanlah dengan populasi manusia saat ini yang hidupnya sungguh-sungguh dengan Tuhan. Atas dasar inilah maka jumlah orang yang diselamatkan adalah sedikit.
Refleksi
J.C. Ryle mengajak pembacanya untuk memikirkan status keselamatan mereka sendiri. Ryle mengajak jemaat untuk melihat bahwa keselamatan adalah hal yang paling agung dan paling dibutuhkan dalam kehidupan. Jika orang yang diselamatkan hanya sedikit, maka kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk ada di dalamnya dan jangan menunda-nunda! Pintu keselamatan memang sempit, tetapi beribu-ribu laksa diberi izin untuk melewatinya, yaitu mereka yang bertekun dan akhirnya berhasil pulang ke rumah Bapa. Yesus Kristus yang mengundang kita, Dia juga yang memberi kekuatan kepada kita. Jangan biarkan kepercayaan yang samar dan tidak jelas, kenyamanan dunia/sosial dan bahkan kegairahan sesaat saja membuat kita tidak selamat. Menjalani kehidupan tanpa ketidakpastian keselamatan adalah hal yang paling gila.
Orang yang diselamatkan oleh Tuhan patut mengucap syukur, memberkati dan memuji Tuhan. Kepekaan akan dosa, hidup kudus, kesukaan akan Firman-Nya, itu semua datangnya dari Dia bagi mereka yang ingin tetap ada dalam jalan keselamatan.
Janganlah bingung kalau kita yang diselamatkan seringkali merasa “kesepian”. Saat kita hidup dalam kebenaran, beberapa orang justru ingin menjauh dari kita. Saat kita terdorong oleh kasih dan perhatian ingin menyatakan kebenaran/keselamatan kepada orang lain, tidak sedikit yang justru menjauh dari kita, menganggap kita ‘aneh’ atau ‘sok kudus’ dan sebagainya. Beberapa bahkan mungkin mengucilkan kita sehingga membuat kita bingung dan bertanya dalam hati “apa salah saya?”. Tetapi ini memang yang sudah dikatakan oleh Tuhan Yesus. Dia menetapkan kita jadi saksi-Nya, tetapi kehidupan kita terpisahkan dari gaya hidup dunia. Namun, kelak Ia akan mengumpulkan semua orang yang selamat dan ternyata jumlahnya sangat amat banyak (Wahyu 7:9 “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan taktha dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.”) dan bumi akan penuh pengetahuan akan Dia. Jangan takut untuk hidup dalam iman yang “berlebihan”, dengan artian hidup dalam standar kekudusan yang tinggi. Itu bukan hanya untuk kita, tetapi juga menjadi terang /teladan bagi sekeliling kita. Tetaplah melakukan kebajikan kepada semua orang orang, agar jiwa-jiwa mau mendengarkan Injil keselamatan Kristus.
Kesimpulan
Buku “Old Paths: Being Plain Statements On Some of The Weighter Matters of Christianity”, khususnya bab “Few Saved” oleh J.C. Ryle ini baik untuk mengajar jemaat dan pengerja Gereja untuk benar-benar mengerti akan keselamatan, mengisi keselamatan dengan hidup yang Alkitabiah selama proses sanctification dan mengerti bahwa masih banyak jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.