Istilah “Hypercgrace” umum digunakan untuk menjelaskan suatu pengajaran yang sedang merebak hari-hari ini yang sangat menekankan pada Kasih Karunia (“Grace”) TUHAN dan mengenyampingkan pengajaran-pengajaran penting lainnya seperti pertobatan dan pengakuan akan dosa. Ini bukan merujuk kepada Pengkotbah atau Gereja tertentu, tetapi kepada pengajaran atau Pemahaman Teologia popular yang sedang merebak dengan sangat cepat ke berbagai Gereja di seluruh dunia, termasuk mulai masuk ke dalam Gereja-gereja denominasi Pentakosta. Beberapa menyamakan “hypergrace” dengan istilah “hyper-Calvinism”.
Pengajaran “hypergrace” menjadi permasalahan bagi banyak jemaat, karena theological premise (pernyataan teologia awal) dari pengajaran ini umumnya benar, tetapi implication (pernyataan implikasi atau sesudah pernyataan awal) dan application (bagaimana pernyataan-pernyataan tersebut diberlakukan) adalah yang salah/menyimpang/tidak lengkap. Jika tidak diperhatikan dengan baik, maka sangat mudah bagi pendengar/pembaca menjadi dibawa pada pengertian yang salah, oleh karena pernyataan awal dari pengajaran “hypergrace” umumnya benar sehingga banyak orang beranggapan pernyataan-pernyataan berikutnya juga pasti benar. Pengajaran “hypergrace” menjadi berbahaya karena menyalahartikan Kasih Karunia Allah, sehingga dapat membuat jemaat menganggap enteng kekudusan hidup (Yudas 4).
Beberapa contoh penekanan-penekanan teologi “hypergrace” (perhatikanlah premise, implikasi, aplikasi dari pengajaran “hypergrace”) :
-
- Premise: Salib Kristus telah menebus dosa kita di masa lalu, masa kini dan masa mendatang; seluruhnya sudah diampuni oleh TUHAN.
Implikasi: Oleh karena itu tidak ada alasan untuk orang Lahir Baru untuk memohon pengampunan akan dosa, apabila berbuat dosa sesudah Lahir Baru.
Aplikasi: Memohon pengampunan dosasetelah Lahir Baru sama saja menghina karya penebusan Kristus, oleh karena itu jangan dilakukan dan lebih baik mengucap syukur saja. Karena sudah menerima pengampunan kekal.
-
-
- Tanggapan #1: Karya penebusan Kristus di kayu Salib memang sempurna, tetapi bukan berarti seluruh dosa di masa mendatang yang dilakukan oleh orang sudah Lahir Baru diampuni begitu saja. Pengampunan tidak diberikan langsung secara otomatis. Jika seorang yang sudah Lahir Baru berbuat dosa, maka ia harus mengakui dosa itu, mohon pengampunan TUHAN (1 Yohanses 1:9), bertobat dan tidak berbuat dosa itu lagi.
-
Dosa yang mendatangkan maut adalah dosa yang tidak diminta pengampunan atasnya (Yakobus 5:16, Mazmur 51:4).
Tanggapan #2: Jika dikatakan tidak perlu meminta pengampunan akan dosa, justru sebaliknya Yesus dan juga para Rasul mendorong agar kita meminta pengampunan apabila jatuh dalam dosa, sekalipun sudah Lahir Baru. Tuhan Yesus bahkan menegur dengan keras 5 jemaat dalam Kitab Wahyu karena tidak mau bertobat (Wahyu 2:4,6,20; 3:3, 15-19). Bahkan untuk menerima Perjamuan Kudus pun kita harus menguji diri kita (membereskan dosa) agar jangan Perjamuan Kudus itu malah mendatangkan hukuman bagi kita (1 Korintus 11:26-32).
-
- Premise: Karya keselamatan Kristus adalah sempurna; sekali kita diselamatkan, selamanya kita diselamatkan (“OSAS” – Once Saved, Always Saved).
Implikasi: Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat keselamatan kita tetap kekal. Tugas kita hanyalah mengucap syukur atas Kasih Karunia dan Berkat TUHAN.
Aplikasi: Jika kita diingatkan akan kesalahan atau dosa, itu adalah pekerjaan iblis, bukan Roh Kudus, karena TUHAN tidak lagi memandang kesalahan kita yang dulu, sekarang dan yang akan datang. Kita diselamatkan sempurna.
-
-
- Tanggapan #1: Sekali selamat tetap selamat hanya selama orang itu tetap di dalam Kristus (mengutip pernyataan Teologia Keselamatan menurut Sinode GBI). Selama di muka bumi ini, bisa saja seorang percaya menjadi murtad secara moral maupun secara teologis, yang membuatnya kembali menjadi manusia duniawi. Tetapi jika bertobat dan berbalik kembali kepada jalan Allah, maka ia pasti diselamatkan.
- Tanggapan #2: Kita harus mengalami proses pendewasaan agar menjadi serupa dengan gambaran Kristus (1 Yohanes 2: 6). Selain mengucap syukur, kita juga perlu menghasilkan buah-buah rohani. Itulah sebabnya kita perlu di baptis dan dipenuhi Roh Kudus, memiliki karunia-karunia Roh agar dapat menghasilkan buah-buah Roh.
- Tanggapan #3: Jika iblis mengingatkan kita akan dosa maka itu untuk menghakimi, mendakwa dan melemahkan iman kita. Sebaliknya jika Roh Kudus mengingatkan kita akan dosa kita maka itu untuk membawa kita pada pertobatan dan penyerahan diri lebih lagi kepada Allah (1 Korintus 6:19). Itu adalah bagian dari pendewasaan.
-
Tidak selalu jika kita diingatkan akan dosa maka itu pasti dari Iblis. Roh Kudus justru menginsafkan kita dan dunia akan dosa (Yohanes 15:26, 16:8)
-
-
- Tanggapan #4: Keselamatan adalah proses dan bukan peristiwa satu kali saja; “kita telah diselamatkan, kita sedang diselamatkan, dan kita akan diselamatkan” (1 Korintus 1:7, Filipi 2:12, 3:20, Ibrani 9:28, 1 Petrus 1:5, 8 , 1 Yohanes 2:6, Yudas 1:21). Salib Kristus telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa masa lampau kita. Kita sedang diselamatkan dalam artian terus didewasakan dengan Roh Kudus-Nya dan kebenaran Firman-Nya. Itu yang dimaksud dengan “mengerjakan keselamatan” yaitu hidup sesuai dengan Ia kehendaki dan bukan bekerja untuk mendapatkan keselamatan. Kita akan diselamatkan sempurna saat kita bertemu kembali dengan-Nya.
- Tanggapan #5: Kehidupan orang percaya adalah Justification (Pembenaran oleh Salib Kristus), Sanctification (Pengudusan sebagai bagian dari kehidupan pendewasaan), Glorification (Pemuliaan oleh Allah bagi mereka yang menang). Kelompok “hypergrace” menggabungkan ketiga proses di atas dalam satu kali event saja, yaitu saat Lahir Baru.
- Premise:Kasih Karunia terbesar dari TUHAN dibuktikan oleh pengorbanan Kristus di atas kayu salib.
-
Implikasi: Oleh karena itu, segala sesuatu sesudah Salib-lah yang disebut dengan “Kasih Karunia” (grace), dan segala sesuatu sebelum Salib disebut sebagai “Hukum” (law).
Aplikasi: Segala sesuatu sebelum Salib menjadi tidak penting/irrelevant termasuk Doa Bapa Kami, 10 Perintah Allah, Perjanjian Lama, dll. Itu semua tidak perlu dilakukan dipelajari dalam.
-
- Tanggapan #1: Segala sesuatu yang Yesus ajarkan dan TUHAN berikan sebelum Salib Kristus, adalah hal-hal yang justru harus kita lakukan sesudah Salib Kristus. Ini harus dilakukan, diajarkan dan disebarkan (Matius 28:19-20).
- Tanggapan #2: Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa tidak satupun dari Firman Allah yang berlalu (Markus 13:31) dan Roh Kudus akan datang untuk mengajarkan segala sesuatu yang TUHAN Yesus telah ajarkan (Yohanes 14:26). Jadi tidak benar segala sesuatu yang Yesus ajarkan –termasuk Doa Bapa Kami– sebelum salib-Nya adalah tidak valid, justru sangat penting!
- Tanggapan #3: Walaupun Hukum (law) tidak menyelamatkan –hanya Kasih Karunia Allah yang menyelamatkan—tetapi tidaklah benar dikatakan kalau Hukum tidak berguna. Beberapa hukum memang menjadi tidak berlaku karena Salib –misalkan beberapa Hukum Liturgi—tetapi Hukum-hukum lain tetap berlaku. Justru oleh karena pengampunan Salib dan kuasa Roh Kudus, kita yang tadinya tidak mampu menjalani hukum, oleh karena telah digenapi oleh Kristus, kini kita dapat melakukannya oleh karena kuasa-Nya. Juga harus diingat, para pahlawan iman di era Perjanjian Lama tetap mendapatkan keteduhan dan ketenangan di dalam menjalankan Hukum, karena mereka mengetahui bahwa pada akhirnya Kasih Karunia Allah akan turun kepada mereka yang setia kepada Hukum sekalipun tidak sempurna menjalankannya.
Itu adalah sebagian kecil dari pemahaman teologia “hypergrace”. Penjelasan lebih dalamdapat dilihat dalam buku “Hypergrace: Exposing the Danger of Modern Grace Teaching” karangan Dr. Michael L. Brown (akan diterbitkan oleh sebuah penerbit dalam bahasa Indonesia).
Apa yang diajarkan oleh para pengajar “hypergrace” mengenai Kasih Karunia Allah, pada umumnya valid dan benar.Kita memang diselamatkan oleh Kasih Karunia Allah dan bukan karena usaha kita sendiri (Efesus 2:8-9).Allah melimpahkan Kasih Karunia-Nya kepada kita dalam Kristus Yesus dan kita menerimanya dengan iman (1 Timotius 1:4). Namun pengajaran “hypergrace” kemudian menjadi tidak proporsional karena tidak melihat sisi lain dari apa yang TUHAN ajarkan kepada kita. Waspadalah, setiap kali suatu sisi doktrin ditekankan lebih dari yang lainnya, maka jemaat bias terperangkap dalam kesalahan fatal, semata-mata karena pengajarannya tidak lengkap (2 Timotius 2:14).
Pengajar “hypergrace” akan selalu membedakan antara Gereja yang mengikuti “Grace” (Kasih Karunia) dan Gereja yang mengikuti “Law” (Hukum). Menurut mereka, Gereja yang benar hanyalah yang hanya mengajar Kasih Karunia. Diluar itu, dianggap pharisaical legalist atau Farisi-legalistik. Mereka menganggap Kristus adalah Kasih oleh karena itu Kasih Karunia itulah yang terpenting; lupa bahwa Kristus juga adalah Kudus.
Gereja tidak berjalan dalam Kasih Karunia atau Hukum, tetapi Gereja berjalan dalam Kristus yang adalah Kasih Karunia DAN Kebenaran (Grace and Truth).Kedua sisi ini harus selalu ada dan kalau sampai berat sebelah dalam pengajarannya, bisa menjadi berbahaya; menjadi “Kabar Baik Palsu”.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14)
“And the Word became flesh and dwelt among us, and we beheld His glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth” (John 1:14 NKJV).
Mari kita menanggapi “hypregrace” bukan mencari orang atau Gereja mana yang mengusung pengajaran ini –karena orang atau Gereja bisa saja berubah pendapat—tetapi dengan pemahaman yang baik akan kebenaran Firman TUHAN. Bacalah terus Alkitab , pelajari doktrin-doktrin dasar pengajaran yang telah dipaparkan secara sistematis dalam KOM, tetap dalam kepenuhan Roh Kudus dan ujilah setiap roh dan pengajaran (1 Yohanes 4:1). Ajarkanlah ini kepada seluruh jemaat COOL yang telah TUHAN percayakan kepada kita.Tuhan Yesus memberkati.
dikutip dari http://gbiprj.org/home/what-is-hypergrace